Penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit degeneratif, memerlukan perawatan yang konsisten. Juga diketahui bahwa penting untuk mengonsumsi protein berkualitas tinggi agar tidak terjadi kehilangan kekuatan otot. Namun, sebenarnya disarankan untuk berhati-hati dalam mengonsumsi daging dan sumber protein tinggi lainnya. Mengapa demikian?

Jawabannya karena penyerapan obat. Makanan tinggi protein dapat mengganggu penyerapan obat Parkinson oleh tubuh kita. Terutama, obat dari golongan levodopa yang sering digunakan untuk pengobatan Parkinson diserap di usus kecil dan kemudian masuk ke otak untuk menunjukkan efeknya, tetapi makanan tinggi protein menghambat penyerapan levodopa di usus kecil. Jika tingkat penyerapan levodopa menurun, efektivitasnya pasti akan berkurang.

Namun, bukan berarti menghindari makanan tinggi protein seperti daging secara sembarangan.

Jika jarak waktu antara makan dan mengonsumsi obat cukup lama, mengonsumsi makanan tinggi protein tidak akan menjadi masalah. Jika jarak waktu antara makan dan minum obat lebih dari 2 jam, bahkan setelah makan tinggi protein, efek obat dari golongan levodopa dapat meningkat hingga 80%. Tentu saja, jika sulit untuk memberi jarak yang cukup, sebaiknya hindari makanan yang kaya protein.

Pasien Parkinson yang mengonsumsi obat dari golongan levodopa harus berhati-hati tidak hanya terhadap makanan tinggi protein. Salah satu yang paling umum adalah suplemen vitamin B. Di antara vitamin B, piridoksin (B6) dapat mengurangi jumlah levodopa yang masuk ke otak, sehingga menurunkan efektivitas obat. Namun, efek penurunan efektivitas levodopa dapat diatasi dengan penggunaan bersama DDI (penghambat dekarboksilase dopa) seperti karbidopa atau benserazide. Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional sebelum mengonsumsi vitamin B.

==========

Penyakit Parkinson sangat terkait dengan protein.

Mengonsumsi obat dan makan tinggi protein.

Ini adalah informasi penting yang harus diketahui tentang jarak waktu.